Evaluasi Alternatif sebelum
pembelian
Ø Kriteria Evaluasi
Menurut Hasan (1988) evaluasi program semula
merupakan evaluasi kurikulum. Karena itu cenderung tidak membedakan evaluasi
program dengan evaluasi kurikulum. Sehubungan dengan pendapat tersebut, akan
diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan kriteria dalam mengadakan evaluasi.
Evaluasi harus berhubungan dengan kriteria. Dasar
pemikiran tersebut, dengan criteria evaluator dapat memberikan pertimbangan
nilai, harga, dan komponen-komponen program yang perlu penyempurnaan serta yang
telah memenuhi persyaratan. Evaluator tanpa kriteria sama dengan bekerja dalam
kegelapan. Tnpa adanya kriteria pertimbangan yang diberikan adalah tanpa dasar.
Kriteria evaluasi dikembangkan melalui model-model
evaluasi yang digunakan. Empat kelompok pengembangan yang dapat dilakukan,
yakni: “Pre-ordinate, Fidelity, Matual-adaptive, dan process”.
Pendekatan “Pre-ordinate” memiliki dua
karakteristik; pertama kriteria ditetaokan sebelum pelaksanaan evaluasi.
kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan sebelum evaluator turun turun
ke lapangan. Karekteristik kedua, kriteria yang dikembangkan bersumber pada
standar tertentu. Seperti yang bersumber pada pandangan teoritik atau kumpulan
tradisi yang sudah dianggap baik.
Pendekatan “Fidelity” pada dasarnya ada kesamaan
prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate” yakni kriteria yang dikembangkan
sebelum evaluator turun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Perbedaaan
prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently
tidak menggunakan criteria yang bersifat umum ( universal ) sebagaimana
tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
Pendekatan ke tiga dikenal dengan istilah pendekatan
gabungan mutual-adaptive. Pendekatan ini merupakan perpaduan antara pendekatan
“Pre-Ordinate, Fidently, Process “ kriteria yang di gunakan dikembangkan dari
karakteristis program dari luar, seperti berdasarkan pandangan secara teori,
dari para pelaksana, dan dari pemakai program.
Pendekatan berikut ini dikenal dengan istilah
pendekatan proses. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mengembangkan kriteria
selama proses evaluasi berlangsung. Kriteria didapat melalui , wawancara,
observasi, atau studi dokumentasi. Pendekatan ini berhubungan erat dengan
aplikasi pendekatan kualitatif. Karakteristis yang menonjol dari pendekatan ini
merupakan criteria yang dipergunakan dikembangkan selama evaluator di lapangan.
Konsekuensinya pendekatan ini terikat dengan masalah yang dihadapi oleh para
pelaksana program di lapangan.
Kriteria dalam evaluasi ini mengacu pada :
1. Pedoman
– pedoman tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
2. Persepsi
para pengembang program yang teruji secara teoritis.
3. Pertimbangan
evaluator.
Sesuai dengan permasalahan terdahulu yaitu pada
bagian pendahuluan pelaksana program pendidikan jasmani. Oleh sebab itu program
ini perlu di evaluasi. Dari evaluasi tersebut pihak perencana, pengambil
keputusan, dan pelaksana akan mendapatkan masukan yang diperlukan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
Penelitian evaluasi tentang pelaksanaan program
pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan membandingkan antara proses
pelaksanaan program atau proses pelaksanaan yang program yang terjadi dalam
pembelajaran dengan proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan atau yang
sesuai kurikulum ideal, yaitu termuat dalam buku GBPP kurikulum pendidikan
jasmani.
Ø Menentukan alternative pilihan
Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus
melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya
untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Tiga 3
tingkatan dalam pemecahan ini;
Pemecahan masalah yang mensyaratkan respons
yang rutin. Keputusan yang diambil tidak disertai dengan usaha yang cukup untuk
mencari informasi dan menentukan alternatif. Kebiasaan berjalan secara
otomatis, prilaku seseorang merupakan respon terhadap rutinitas karena
dilakukan berulang-ulang seringkali tanpa disadari.
Pemecahan masalah dengan proses yang tidak
berbelit-belit (terbatas). Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang
tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang
kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya.
Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang
sesuai dengan kebutuhannya .
Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang
lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan. Di tingkat ini konsumen memerlukan
informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria
yang baku .
Ø Menaksir alternatif pilihan
Dalam menaksir suatu alternatif dari pilihan yang
ada maka konsumen harus memikirkan resiko yang akan diterima apabila konsumen
memilih alternatif tersebut, dan meninggalkan alternatif lain yang ada.
Ø Menyeleksi aturan pengambilan keputusan
Dalam menyeleksi aturan pengambilan keputusan
terdapat suatu hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah yang
paling penting dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat dicapai oleh produk
tersebut agar dapat memuaskan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar