Jumat, 07 Juni 2013

sahabat pena

Suatu pagi yang cerah terdengar suara ayam berkokok yang membangunkan tidurku. Aku pun segera bangun dan mandi. Setelah melakukan berbagai persiapan, aku berangkat ke sekolah. Di sekolah aku bertemu dengan teman-temanku, tak lupa juga dengan Putri sahabatku. Aku sudah bersahabat lama dengannya. Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat ke sekolah dan selalu bermain-main dengan teman-teman dan sahabatku. Di tengah-tengah bermain, Putri mengajakku ke suatu tempat yang sepi dan ia ingin berbicara berdua denganku. “Dik, aku ingin memberitahumu sesuatu, akan tetapi aku harap kamu tidak bersedih kalau mendengar berita ini.” Ujar Putri. “Kamu mau cerita apa? Jangan bikin aku tambah penasaran.” Aku menyelanya. “Mulai minggu depan aku akan ikut ibuku pindah ke Jakarta.” Kata Putri dengan bersedih. “ Lantas bagaimana dengan persahabatan kita? Apa cukup sampai disini saja?” Tanyaku kepada Putri. “Aku pasti akan merindukanmu, sudah lama kita bersahabat tidak mungkin hanya cukup sampai disini. Aku tidak akan melupakanmu.” Jawab Putri. Seminggu kemudian, Putri pun berpamitan dan berangkat ke Jakarta. Tetesan air mataku pun tak bisa tertahan lagi, tapi aku berusaha sabar menghadapi semua ini. Waktu terus berputar, aku merasa rindu dengan Putri. Lewat sebuah surat aku mengirimkan kerinduanku. Akhirnya aku dan Putri terus menjalin persahabatan ini walaupun hanya melalui selembar kertas dan sebatang pena. Hanya melalui media itulah aku dan Putri masih bisa saling berbagi cerita dan tetap biss mempertahankan persahabatan kami dengan baik. Setelah mengalami kejadian ini, aku pun mengerti apa arti persahabatan yang sesungguhnya. Sahabat tak kan pernah lekang oleh waktu. Walaupun saling berjauhan, kami tetap bisa menjalin persahabatan ini dengan baik. Tak lupa satu hal lagi yang bisa aku petik dari kejadian ini. Persahabatan tetap bisa dijalin walaupun hanya melalui selembar kertas dan sebatang pena.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar